Selasa, 12 April 2011

Gandrung Yang Mulai Terlupakan

doc. banyuwangi.wisatanesia.com
Gandrung adalah sebuah pertunjukan tari dari daerah Banyuwangi. Kata Gandrung sendiri dapat diartikan terpesona oleh Dewi Sri atau Dewi padi. Tarian ini ditujukan sebagai perwujudan rasa syukur terhadap Dewi padi yang memberikan kesejahteraan kepada masyarakatnya. Tari Gandrung dilakukan berpasangang antara perempuan dan laki-laki.

Gandrung sendiri biasanya dipentaskan pada acara-acara hajatan atau acara-acara resmi seperti, khitan, perkawinan, dll. Dengan diiringi berbagai macam alat musik tradisional seperti biola, gendang, dll. Gandrung pertama kali ditarikan oleh laki-laki, namun seiring berjalannya waktu gandrung yang ditarikan oleh laki-laki tidak lagi diperbolehkan, hal ini berkaitan dengan hukum syariat agama islam yang tidak membolehkan laki-laki menggunakan pakaian yang menyerupai perempuan.


Kemudian munculnya Gandrung wanita pertama kali berawal dari cerita tentang seorang gadis kecil berusia 10 tahun bernama Semi yang kala itu menderita sakit yang tak kunjung sembuh, pada saat itu ibu semi bernazar, apabila semi sembuh dari sakitnya maka dia akan dijadikan penari Gandrung. Ternyata, selang beberapa waktu Semi sembuh dari sakitnya sehingga nazar ibu semi untuk menjadikannya penari gandrung wanita pertama diwujudkan.


Mulai saat itu Semi menjadi penari Gandrung wanita yang terkenal. Setiap ada hajatan atau acara resmi, pastilah Semi yang menjadi pengisi acaranya. Tidak hanya itu, bahkan banyak laki-laki yang tertarik kepada Semi, mulai dari yang masih lajang sampai yang telah memiliki istri. Akhirnya, adik -adik Semi pun mulai mengikuti jejeak Semi untuk menjadi penari Gandrung. Akan tetapi lambat laun masyarakat mulai menilai penari Gandrung adalah wanita yang dibayar untuk menari, sungguh keluar dari arti sebelumnya yang menyatakan bahwa Gandrung adalah sebuah kesenian tarian yang digunakan untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap Dewi Sri.


Maka dari itu, peminat Gandrung mulai berkurang, para wanita takut kalau orang-orang akan berpikiran tidak baik. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, pemerintah Banyuwangi sendiripun juga turut ambil tindakan untuk menghindari punahnya tradisi kesenian tari dari daerah Banyuwangi yang tentu saja dapat menjadi nilai adat budaya milik Banyuwangi dan Indonesia tentunya. Pemerintah daerah Banyuwangi sendiri telah mendirikan pusat pelatihan tari Gandrung, kemudian dalam situs kabupaten Banyuwangi pun tari Gandrung dimasukkan kedalam salah satu kesenian daerah Banyuwangi. Tentu saja jika Indonesia tidak mau kesenian kita yang satu ini diakui oleh negara lain maka kita pun patut untuk turut membantu melestarikan kesenian ini dengan cara mau untuk mempelajari ataupun sekedar mempublikasikan berita apapun tenteang Gandrung.


pustaka:http://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi

1 komentar:

Anonim mengatakan...

waaah, bner bgt tuuuh... kita mesti melestarikan budaya indonesia...

Posting Komentar

 

Blogroll

Site Info

Text

discuss Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template